Honda Vario 160 mengambil konsep bigger, greater dan prouder. Pembaruan terjadi di jantung mekanis. Memakai mesin 160 cc 4 katup enhanced Smart Power Plus (eSP+) yang identik dengan PCX 160. Tampilannya juga berubah total. Mulai dari bodywork, sasis, elektronik hingga kaki-kaki.
Revisi di bagian dapur pacu dan kaki-kakinya membuat siapa pun penasaran, termasuk saya. Skutik ini diuji selama lebih kurang satu minggu. Kondisinya hanya dipakai dalam kota saja. Lalu, bagaimana impresi mengenai posisi berkendara, handling, performa dan konsumsi BBM. Berikut hasil yang didapat.
Secara keseluruhan desain Vario 160 sudah berbeda dari Vario 150. Tapi konsepnya masih mirip, sehingga mudah dikenali. Skema besarnya tetap bergaya sporty dengan banyak garis tegas. Sudut-sudut panel bodi juga tergolong tajam agar lebih agresif. Boleh dibilang bodywork-nya lebih berotot, beda dengan generasi sebelumnya yang cenderung lonjong.
Visual utama yang langsung terlihat beda dengan model lama ada di bagian fascia. Bentuk pencahayaan di depan secara keseluruhan membuat pola bersusun. Headlamp masih mengandalkan Dual Keen LED Headlight, namun terlihat lebih sipit. Lantaran ada panel berwarna hitam doff yang membuatnya tampak agresif. Daytime Running Light (DRL) kini terbagi dua atau tertutup sebagian oleh body depan motor. Sementara lampu sein berada di sisi luar atau bagian atas headlight.
Ubahan lainnya ialah bentuk tebeng depan di bawah batok setang. Bentuknya cukup menarik, seperti windshield dengan mika warna hitam. Lalu bagian sayap depannya masih mencirikan Vario 150 meski detailnya berbeda.
Menyesuaikan dengan tameng depan, panel tengah terlihat sedikit menggembung. Bagian jok didesain agar lebih nyaman saat berboncengan. Bahkan buat bagian pengendara ada sedikit tonjolan yang berimbas pada kenyamanan. Secara umum bentuk tumpangan dari Vario 160 masih mirip Vario 150.
Bodi belakang diisi emblem 3 dimensi (3D) bertuliskan Vario 160 (khusus tipe ABS). Kesan elegan jadi makin kuat terlihat dari sisi samping. Sementara bagian buntut menerapkan motif modern. Wujud stoplamp lebih dinamis dengan terap LED yang menyerupai huruf ‘X’. Sedang bentuk sepatbor belakang bergaya sport. Kemudian sein depan dan belakang juga terpisah seperti motor sport.
Istimewanya di ujung cover muffler dilapisi dengan alumunium sama seperti punya PCX 160. Kesan sporty jadi makin terasa. Dari segala perubahan desain yang diterima, dimensinya hanya selisih sedikit dengan model 150. Sebelumnya 1.919 x 679 x 1.062 mm, kini menjadi 1.929 x 679 x 1.088 mm (PxLxT). Tinggi tempat duduk mulanya 769 mm jadi 778mm. Jarak sumbu roda sekarang lebih pendek yaitu 1.277 mm, model lama 1.280 mm. Jarak terendah ke tanah meningkat 8 mm jadi 140 mm.
Saat pertama kali naik, seperti merasakan rasa Vario lawas, namun dengan dimensi lebih besar. Segitiga ergonomi masih identik dengan generasi sebelumnya. Joknya empuk dan kaki bisa menapak sempurna. Wajar, jarak dari tanah ke kursi cuma 778 mm dan ground clearance 140 mm. Dengan tinggi rider sekira 173 cm, menggapai kuda besi ini lebih mudah.
Meski bodi melebar, tampaknya pabrikan tetap mempertahankan komposisi kemudi. Ya, saat meraih setang seperti tidak berubah. Posisi badan tidak terlalu membungkuk, lantaran letak setang tak begitu jauh dan rendah. Hanya saja kini terlihat lebih menekuk ke dalam, membuat tangan pengendara tidak terlalu tegang. Apakah ia gampang dikendalikan dan tetap lincah? semua itu harus dibuktikan saat kami mengujinya di jalan.
Oh iya, walau joknya model menyatu, ada bagian kecil di tengah seperti punuk. Meski tidak memberikan efek besar, setidaknya dapat menopang pinggul pengendara bagian belakang. Lumayan, ada sedikit sandaran, jadi tidak mudah pegal. Ditambah ukuran jok yang cukup lebar dengan bahan anti licin, membuat duduk di atasnya terasa nyaman.
Buat area legroom dengan dek rata masih cukup lega. Dengan ukuran sepatu 42 alias 26,5 cm, ada ruang sisa untuk pergerakan kaki. Masih ada gap sekira 10 cm untuk maju-mundur. Bagian lutut juga ada jeda lumayan, jadi tidak mudah mentok tebeng. Padahal bila melihat desain kompartemen cukup menjorok keluar. Daerah ini juga masih menyisakan tempat buat menaruh tas atau belanjaan. Boleh jadi ini karena dimensi dari panjang motor yang berubah menjadi 1.929 mm dari 1.919 mm.
Tekan kenop keyless ke mode on, dan start engine. Irama enjin terdengar halus dan minim vibrasi. Tanpa bertele-tele, waktunya menjajal langsung ke jalan raya. Kala memuntir grip handle gas pertama kali, akselerasinya sangat responsif. Daya yang disalurkan melalui transmisi otomatis dengan kopling sentrifugal langsung terasa di putaran bawah. Ya, tenaga di awal sempat bikin kaget. Rasanya beda banget dengan Vario 150.
Saat mencobanya di jalan raya yang cukup lengang, napasnya lumayan panjang. Kami sempat menarik gas dalam-dalam dari kondisi diam untuk merasakan akselerasinya. Hasilnya luar biasa untuk ukuran skutik dengan bobot 117 kg. Berkat karakter overbore (60 mm x 55,5 mm), tenaganya mengisi terus dari rpm menengah hingga tinggi. Terbukti dengan raihan top speed ada di angka 122 kpj. Itupun masih ada gas tersisa. Hasil itu didapat dari perempatan Sunan Giri hingga bypass A. Yani, Rawamangun. Lebih kurang treknya sejauh 1 km.
Ketika pengujian yang membutuhkan manuver selap-selip di antara kendaraan yang lebih besar, ia cukup cekatan. Tak ada gejala jeda saat buka gas. Untuk kondisi stop and go di kemacetan atau ingin menyalip, responsnya juga cukup baik. Rasanya, Vario 160 cukup mengakomodasi untuk berkendara di perkotaan, maupun luar kota.
Hasil yang saya dapat tentu saja berkat kontruksi jantung mekanik baru. Sematan serupa dengan PCX 160. Dari situ kita sudah bisa membayangkan. Performa enjin barunya meningkat signifikan dibanding model lawas. Kini ia menggendong mesin 156,9 cc 4 langkah 4 katup eSP+ dengan pendingin cairan. Menurut data pabrikan, dirinya mampu menghasilkan tenaga sebesar 15,4 PS di putaran 8.500 rpm dan torsi 13,8 Nm di putaran 7.000 rpm. Angka itu memberikan bukti nyata kalau power Vario 160 naik 2 PS dan torsinya naik 0,4 Nm dari generasi sebelumnya. Selama penggunaan, performa mesin si skutik sporty ini cukup mengesankan.
Di kondisi lain, kami juga melakukan pengujian efisiensi bahan bakar. Seberapa iritkah dia? Menurut hasil pengujian full to full, motor sudah digunakan sejauh 132 km. Lebih kurang menghabiskan 3,01 liter bahan bakar. Bisa kita asumsikan, 1 liternya digunakan sekira 44 km. Hasil ini bisa saja berbeda, tergantung cara berkendaranya. Dan sila asumsikan sendiri, apakah ia tergolong irit atau boros.
Sebagai informasi, bahan bakar selama pengujian menggunakan tipe RON 92, kapasitas tangki bensinnya 5,5 liter dan bobot rider 68 kg. Pengetesannya sendiri sangat situasional, mengikuti kondisi lalu lintas Ibukota. Berakselerasi kala jalan sepi dan juga banyak bertemu dengan macet.
Dari segala perubahan yang didapat, rangka baru eSAF (Enhanced Smart Architecture Frame) menjadi penentu kenyamanan All New Vario 160. Saat motor dibawa dengan kecepatan tinggi di trek lurus, ia tergolong stabil. Begitu pula ketika meliuk-liuk di tengah kemacetan, motor terasa nurut dan mudah dikontrol. Tidak ada rasa understeer atau kesan body belakang yang tertinggal. Ini yang tidak kami dapatkan di Vario generasi sebelumnya.
Bicara kemampuannya dari sisi handling, tentu saja berkaitan erat dengan bobot. Vario 160 memiliki berat 117kg (ABS). Rangka yang digunakan beratnya cuma 11,7 kilogram, atau lebih ringan dari model terdahulu yakni 12,8 kilogram. Sejujurnya, ketika pertama motor dijalankan terasa seperti lebih enteng ketimbang Vario lama. Padahal secara bobot bertambah. Saat belokan tajam, posisi badan pengendara juga mudah untuk mengatur keseimbangan.
Saat masuk dan keluar tikungan atau diajak cornering, motor ini sangat mudah ditekuk kanan-kiri. Selain sasis eSAF, pemilihan besaran sudut rake dan trail juga diperkirakan punya andil cukup signifikan agar Vario 160 lincah di berbagai kondisi. Distribusi beban di depan dengan bodi mengembung padat juga tampaknya berpengaruh dalam hal kestabilan.
Suspensi dan roda baru juga membantu dalam hal penanganan. Memang, penggunaan peredam kejut teleskopik di depan dan swing arm dengan suspensi tunggal di belakang masih sama seperti sebelumnya. Tapi pihak pabrikan mengklaim kalau suspensi belakang mengalami perubahan dengan ukuran yang lebih panjang. Maka itu, selama pengujian ia terasa rigid dan cukup stabil dibawa bermanuver. Setup rebound dan compression juga dibuat default bergaya komuter. Cocoklah buat dipakai harian.
Masih di sisi handling. Yang tak kalah menarik tentu saja penggunaan roda anyar. Pakai ban tubeless gambot berukuran 100/80-14 (depan) 120/70-14 (belakang) yang dibalutkan ke pelek 3,5 inci. Secara logika membuat contact path terutama saat menikung jadi lebih luas dan bikin grip lebih baik.
Satu lagi, dengan jarak sumbu roda sedikit lebih pendek, yaitu 1.277 mm (Vario 150 1.280 mm) juga memengaruhi dirinya semakin lincah kala ingin menyalip kendaraan lain. Rider jadi percaya diri kala berbelok ataupun rebah.
Sungguh di luar dugaan. Walau punya sistem ABS single channel di bagian depan saja, saat melakukan hard braking, masih terasa smooth. Sebab modulasi atau buka-tutup kalipernya cepat banget. Tak ada gejala overpower yang cenderung motor terus nyelonong meski sudah direm. Mungkin berkat adanya upgrade di area kaki dengan ukuran ban lebih lebar bisa memberikan kontribusi traksi yang baik.
Dan jarak pengereman sampai titik berhenti juga tergolong pendek. Jelas fitur ABS ini membantu rider untuk terhindar dari bahaya roda terkunci pada bagian depan. Sayangnya ini disematkan di bagian depan saja. Bila sistem ABS juga diberikan di rem belakang pastinya akan jauh lebih bagus.
Catatan pentingnya adalah pengoperasiannya tidak terlalu sensitif saat ditekan. Menghentikan laju motor jadi lebih mudah dan tuas rem tergolong ‘empuk’, sehingga tak ada rasa khawatir saat mengerem. Buat rem belakang juga dirasakan cukup pakem.
Sebagai informasi, Honda Vario 160 ABS pakai cakram depan berdiameter 220 mm dan 200mm di belakang. Kalipernya pakai lansiran Nissin dengan warna gold.
Buat varian tertinggi tentu saja sudah dibenamkan Anti-lock Braking System (ABS). Pengereman belakang juga telah dilengkapi cakram. Lalu ada USB charger type A buat mengisi ulang ponsel tanpa perlu menggunakan tambahan adapter. Menariknya ruang penambah daya gadget di kompartemen kiri cukup lega. Bahkan botol minum ukuran 600ml bisa diletakkan di situ. Sementara bagasi Vario 160 memiliki ukuran 18 liter, cukup untuk mengakomodir helm half face atau full face tipe tertentu.
Buat kelengkapan lainnya masih sama dengan model sebelumnya. Seperti sistem pencahayaan yang semuanya sudah berteknologi LED, Side Stand Switch, Smart Key System yang terintegrasi dengan Answer Back System dan Anti Theft Alarm, serta panel instrumen full digital yang pakai teknologi negative display. Bentuknya masih sama dengan versi lawas, hanya saja buat varian termahal ada indikator ABS.
Honda vario 160 merupakan spesies berbeda dibanding dengan generasi sebelumnya. Mulai dari fisiknya, handling, muntahan tenaga, semua berbeda dan semuanya baru. Dia didesain untuk daily use, sebab masih mengandalkan dek rata. Terapan fitur fungsional dari model lama juga masih sangat bermanfaat. Khususnya smart key yang memudahkan pengendara. Hanya saja bagasi bawah jok masih kurang lega, padahal sudah mengadopsi rangka eSAF.
Untuk performa dan handling kami coba simpulkan memang jauh mengalami lompatan kualitas dan kuantitas dibandingkan Vario 150. Ini motor memang lebih besar, namun tetap berikan kelincahan dan lebih bertenaga. Selain itu dengan ukuran ban yang lebih besar membuat motor lebih tenang dan stabil. Enak dibuat santai dan sigap ketika kita menginginkan performa maksimal. (Bgx/Odi)
Baca Juga: Test Ride Honda CB150X
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.