Hyundai Indonesia mengajak media merasakan performa dan segala kebolehan Ioniq 5. Langsung digiring road trip dari Jakarta sampai ke dataran tinggi sekitar Lembang. Jarak tempuh ratusan kilometer menjadi tantangan dalam menjajal Ioniq 5 sebagai mobil bertenaga listrik.
Dalam line up EV Hyundai saat ini, Ioniq 5 punya daya tempuh paling jauh sampai 451 km. Angka tersebut bisa diraih di varian Long Range. Secara hitungan sederhana bisa dipakai perjalanan Jakarta-Bandung-Lembang-Bandung-Jakarta tanpa isi ulang baterai. Karena jarak Jakarta dan Bandung hanya sekitar 150 km.
Sepuluh unit Ioniq 5 diberangkatkan dari titik temu di Senayan Park, Jakarta Pusat, langsung menuju Bandung. Kami kebetulan dapat unit Ioniq 5 Signature Long Range, jadi punya fitur paling lengkap dan daya tempuh lebih jauh. Melihat langit Jakarta yang sangat terpolusi belakangan ini, menjadi tidak merasa bersalah berkendara dengan mobil listrik murni di tengah jam sibuk.
Desain Ioniq 5 yang unik langsung mencuri perhatian pengguna jalan lain, apalagi beriringan dalam jumlah banyak. Perjalanan antar kota ini justru lebih menantang untuk mobil listrik, meskipun performa dan daya tempuhnya memadai. Kondisi lalu lintas yang cukup lancar meski ramai memungkinkan Ioniq 5 diajak melaju konstan dalam cruising speed.
Sensasi performa dan akselerasi tidak perlu diragukan lagi. Torsi sebesar 350 Nm tersedia instan tanpa terpengaruh putaran mesin. Tapi yang lebih impresif justru perilaku sasis saat melibas ragam kondisi jalan di sepanjang Tol Jakarta-Cikampek. Apalagi saat melintas di Tol Layang MBZ (Mohammad Bin Zayed) yang terkenal bumpy di setiap sambungannya. Ayunan body Ioniq 5 memberikan kenyamanan impresif, mirip mobil kelas premium. Redaman suspensinya terasa firm, salah satu manfaat baterai yang ada di bagian dasar chassis mobil listrik.
Kondisi lalu lintas di jalan tol cukup lancar, menjadi kesempatan untuk memanfaatkan Smart Cruise Control dari Ioniq 5. Fitur ini pada dasarnya adalah adaptive cruise control, yang dapat mengatur kecepatan dan jarak dengan kendaraan lain di depan. Menjaga kecepatan konstan bisa menjadi salah satu cara mengelola konsumsi energi dari mobil listrik agar tidak cepat terkuras.
Tol Jakarta-Cikampek yang cenderung flat kemudian berubah saat masuk ruas tol Cipularang. Kontur jalan yang berbukit selain menghapus kebosanan dari tol Jakarta-Cikampek, juga menjadi tantangan tersendiri dalam manajemen energi baterai Ioniq 5. Di sini menjadi kesempatan kami untuk menggunakan fitur regenerative braking, yang di Ioniq 5 dilengkapi i-Pedal. Menggunakan fitur ini bisa membuat konsumsi listriknya lebih hemat, terutama saat menemui jalan menurun.
i-Pedal aktif saat kita masuk ke level tertinggi dari pilihan level regenerative braking. Kalau di Ioniq Electric dan Kona Electric hanya sampai 3 level, di Ioniq 5 i-Pedal menjadi seolah level 4. Jadi efek 'engine brake' yang dihasilkan lebih kuat, dan semakin efektif untuk mendaur ulang energi dari proses deselerasi. Kalau dilakukan rutin dan benar, bahkan bisa menambah listrik di baterai sambil mobil melaju.
Hujan turun cukup deras saat di Cipularang sampai masuk ke kota Bandung. Dalam kecepatan yang cukup tinggi, di atas 70 km/jam, walaupun raungan mesin absen di mobil listrik, suara terpaan air hujan ke body sangat teredam. Bahkan saya yang saat hujan sambil ngobrol dengan rekan semobil dan sesekali rekam video tidak harus sampai mengeraskan suara. Belum lagi fakta Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range yang kami kemudikan dibekali ban premium, Michelin Pilot Sport EV.
Tantangan berikutnya rute menanjak menuju Lembang. Beruntung lalu lintas di sore hari itu padat, jadi bisa menahan hasrat untuk eksploitasi torsi Ioniq 5 di setiap tanjakan. i-Pedal semakin terasa efek positifnya di bagian ini. Jalan menanjak yang disertai kelokan membuat kaki tidak perlu pindah-pindah pedal, cukup atur tekanan di pedal akselerator. Selain lebih praktis karena deselerasinya cukup dilakukan dengan kurangi input pedal, cara ini juga semakin menghemat pemakaian listrik dari baterai.
Tibalah kami di tujuan, tempat bermalam di kawasan Cikole, Lembang. Akses jalan masuk menuju resort menambah tantangan. Selain menanjak, berupa jalan sempit berbatu. Jadi sedikit menambah menu off-road di perjalanan ini. Ioniq 5 yang dirancang sebagai sebuah crossover cukup lihai untuk melahap medan ini. Apalagi dengan torsi instan yang bikin menanjak lebih mudah, tanpa perlu injak gas dalam-dalam. Manuvernya juga mudah, terasa praktis untuk sebuah mobil yang punya wheelbase lebih panjang dari Hyundai Palisade.
Terhitung di MID (multi information display) bahwa perjalanan dari Senayan di Jakarta sampai ke Lembang, ditempuh sejauh lebih dari 150 km. Baterai Ioniq 5 kami yang terisi 98% saat mulai perjalanan, tersisa 54% saat sampai di tujuan. Perjalanan pada hari pertama mayoritas menggunakan mode berkendara Normal, dengan sesekali pindah ke mode Eco.
Jujur saja, kami sudah yakin dari awal kalau Ioniq 5 akan mampu dibawa perjalanan tanpa perlu recharge baterai. Karena jarak tempuhnya saja masih di bawah klaim range dari Ioniq 5 Long Range yang mampu menempuh 451 km, total sekitar 325 km. belum lagi adanya sejumlah fitur yang bisa membuat konsumsi energi listriknya semakin hemat.
Perjalanan dilanjutkan setelah kami bermalam ala Glamping (glamour camping) di Cikole. Sebelum pulang, HMID menggelar demonstrasi fitur V2L (Vehicle to Load) dari Ioniq 5 yang bisa digunakan mengalirkan listrik dari baterai untuk kebutuhan peralatan sehari-hari dan rumah tangga. Pada kesempatan ini, aplikasi V2L yang praktis dicontohkan untuk peralatan seperti mesin kopi, treadmill, dan sistem audio di acara.
Perjalanan dari Lembang kembali ke Jakarta akan banyak melewati jalan turunan, khususnya menuju Bandung. Faktor ini semakin meningkatkan keyakinan kami bahwa Ioniq 5 akan tidak menimbulkan range anxiety, meski saat mulai perjalanan baterai di mobil kami tersisa 53%. Kami memprediksi bahwa perjalanan pulang akan memakan energi yang lebih sedikit dibandingkan saat berangkat.
Sejak start perjalanan dari Lembang, inisiatif mengaktifkan i-Pedal lagi. Selain agar kaki bisa lebih rileks, juga untuk menabung listrik di baterai saat sudah berhasil turun sampai Bandung. Dengan i-Pedal, kami cukup mengatur tekanan kaki pada pedal akselerator yang bisa dimanfaatkan untuk mengurangi kecepatan juga. Mengurangi tekanan kaki ke pedal secara gradual akan memicu deselerasi motor listrik menggunakan reduction gear. Agar setiap deselerasi energinya diolah kembali menjadi listrik tambahan di baterai.
Walaupun hari kerja, kemacetan yang terkenal di Lembang tetap kami jumpai. Kondisi lalu lintas stop & go semakin menguntungkan kami dalam memakai i-Pedal. Nyatanya sampai tiba di Bandung dan jelang masuk Tol Pasteur, battery meter masih menunjukkan angka 51%. Padahal perjalanan turun dari Lembang sampai Pasteur berjarak lebih dari 40 kilometer. Kami jadi semakin santai menghadapi sisa perjalanan sampai Jakarta lagi.
Mengingat kontur jalan di sepanjang Tol Cipularang yang berbukit dan banyak tanjakan dan turunan, menjadi kesempatan lain untuk semakin nikmati manfaat dari i-Pedal. Bahkan nyaris tidak sedikitpun terpikir untuk gunakan mode Eco dari Ioniq 5. Begitu masuk tol, giliran Smart Cruise Control kami aktifkan karena melihat kondisi jalan yang cukup lancar namun ramai.
Kondisi lalu lintas di Cipularang cukup lancar untuk aktifkan cruise control di kecepatan 90 km/jam. Jarak dengan mobil di depan bisa kita atur sesuai keinginan, dengan tiga level pilihan. Kerap kali saat terjadi perubahan kecepatan, proses perlambatan menjadi ‘makanan’ untuk regenerative braking Ioniq 5. Jadinya walaupun umumnya jalan tol sangat memakan banyak listrik, kami dibuat tenang oleh fitur di Ioniq 5.
Kami dihadapkan kemacetan lagi di tengah Cipularang. Setidaknya 3 kilometer jalan tersendat. Di sini kembali kami dimanjakan fitur Stop & Go Function yang menjadi bagian dari Smart Cruise Control. Walau kecepatan minimal aktivasi cruise control di 30 km/jam, sistem bisa tetap menyesuaikan kecepatan mobil di depan sampai sangat pelan.
Smart Cruise Control bisa mengikuti sampai mobil di depan berhenti total. Tapi saat akan kembali melaju, kita perlu menginjak lagi pedal akselerator. Operasionalnya berbeda dengan Adaptive Cruise Control with Low Speed Follow milik Honda, yang bisa otomatis melaju ikuti mobil di depan setelah berhenti. Tapi meski tidak lebih praktis, setidaknya cara ini membuat kami tetap waspada dengan keadaan sekitar di perjalanan.
Lepas dari kemacetan tadi, kembali kami tambah kecepatan menuju pemberhentian selanjutnya di Rest Area KM 72B. Melaju dalam kecepatan rata-rata 80 km/jam, laju mobil tetap stabil. Selain karena chassis platform EV yang memang nyaman untuk diajak ngebut, Lane Following Assist (LFA) menjaga posisi mobil tidak keluar lajur tak terkendali. Suara peringatan dan getaran di setir akan timbul saat posisi roda melewati marka jalan tanpa kasih sein.
Usai istirahat sejenak di rest area, perjalanan berlanjut. Lalu lintas bertambah padat saat masuk ke ruas Tol Cikampek. Tidak ada hambatan sampai sepanjang Tol Layang MBZ yang bergelombang. Lalu lintas baru tersendat saat memasuki Tol Dalam Kota Jakarta. Fungsi i-Pedal lagi-lagi kami manfaatkan saat arungi kemacetan Jakarta di jam pulang kantor.
Akhirnya, setelah menempuh total perjalanan sejauh 325 km dari Jakarta-Lembang-Jakarta, kami finish kembali di Senayan Park. Ioniq 5 menyelesaikan perjalanan dua hari ini dengan menyisakan 32% di indikator baterai dan sisa jarak 145 km. Artinya, untuk perjalanan pulang sekitar 150 km, Ioniq 5 Signature Long Range yang kami pakai hanya menghabiskan 21% listrik dari baterai 72,6 kWh.
Optimisme kami di awal perjalanan terbukti benar. Dengan jarak yang sanggup ditempuhnya, Hyundai Ioniq 5 masih bisa diandalkan untuk bepergian antar kota kalau sekadar dari Jakarta ke Bandung dua arah. Seandainya ingin melakukan perjalanan lebih jauh, siapkan terlebih dulu perencanaan yang matang. Khususnya manajemen energi dan lokasi charging station yang tersedia. (Why/Odi)
Baca Juga: Road Test Hyundai Staria Signature 9
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.