Entah mengapa, saya selalu sulit menyukai desain modern Lexus. Terutama untuk model selain sedan. Lexus seperti berusaha terlalu keras dalam menciptakan bahasa desainnya sendiri. Lekuk dan garis bodi terlalu rumit. Tapi yang mengherankan, ceritanya berbeda ketika berjumpa langsung dengan UX. Desain luarnya terasa proper dan tidak berlebihan. Aliran gaya terasa enak du mata seperti IS, LS, bahkan LC 500. Proporsi desain tepat dan cantik untuk sebuah Lexus, setidaknya menurut selera saya.
Sejak resmi beredar di Indonesia mulai 2019, rasa penasaran selalu hinggap ingin mencobanya. Namun kesempatan baru terealisasi 2021 ini, malah langsung versi listrik didapat. Inilah pencetus model listrik murni Lexus di Indonesia. Mengisi dulu kasta terendah agar pengenalannya mudah. Sama seperti versi bensin, saya lebih tertarik menikmati penampilan luarnya. Bagi saya sebagus itu. Apalagi kalau melihat strip LED panjang di lampu belakang. Soal spesifikasi dan fitur, saya tidak terlalu peduli. Ini adalah mobil berdesain terbaik yang pernah dilansir oleh Lexus, bahkan oleh Toyota secara keseluruhan dalam sepuluh tahun terakhir.
Oke, cukup dulu mengagumi keindahan desain UX. Rasa berkendara Lexus listrik juga pantas jadi sorotan. Yang pasti bukan hanya model listrik pertama Lexus Indonesia, tapi juga dalam keluarga Toyota. Keduanya memang secara bertahap memperkenalkan teknologi elektrifikasi. Mulai dari varian hybrid di berbagai model dan segmen. Tapi UX 300e menjadi awal era setrum untuk Toyota dan Lexus di Tanah Air.
Lexus mengambil langkah berbeda dalam merancang mobil listrik ini. Bukannya merancang gaya desain khusus agar identik mobil listrik, ini nyaris tidak ada perbedaan dibanding model konvensional. Lihat saja wajahnya. Grille masih punya kisi-kisi terbuka untuk menyalurkan udara segar ke sistem pendinginan. Tidak seperti mobil listrik lain yang tertutup. Diferensiasi penting hanya dapat diteliti dari desain pelek aerospoke dan emblem “Electric” di pintu baris kedua.
Hal sama bisa dijumpai saat masuk ke kabin. Penampilan dan suasana interior UX 300e juga sangat identik dengan varian bensin. Paling hanya pilihan warna kulit pelapis jok saja yang berbeda. Kerapian tata ruang interior yang eksotis tetap ada, bahkan lebih memukau daripada biasa disajikan Mercedes-Benz, BMW atau Audi. Lexus mengangkat unsur kebudayaan tradisional Jepang dalam sentuhan desain lapisan jok di depan, yang diklaim terinspirasi dari motif jahitan pakaian beladiri Aikido.
Lexus sepertinya tidak ingin membuat pengguna UX 300e asing hanya karena memiliki teknologi powertrain berbeda. Kalau memang sudah bagus, buat apa juga diubah kan? Meski tidak menunjukkan gamblang perbedaannya, paling tidak nuansa premium khas Lexus bisa tetap dirasakan. Lalu apakah begitu juga saat dikemudikan?
Harus saya tegaskan dulu, saya belum pernah mengemudikan Lexus UX versi mesin bensin. Jadi tidak bisa bandingkan langsung perbedaannya saat dikemudikan. Namun berbekal pengalaman pernah mencoba mobil listrik dari pabrikan lain, salah satunya Hyundai Ioniq Electric, kesan saat merasakan perbedaannya akan kurang lebih sama saja.
Tentu saja saat sistem powertrain dinyalakan, UX 300e hanya mengeluarkan bunyi pengingat dan lampu indikator khusus. Senyap tanpa tanda suara apa pun, menandakan kendaraan siap berjalan. Pengoperasian transmisi juga terasa konvensional, karena Lexus mempertahankan tuas joystick seperti yang model hyrbidnya selama ini.
Salah satu karakter khas mobil listrik adalah torsi yang melimpah dan bisa dieksploitasi sejak awal melaju. Tapi beda saat UX 300e ini melaju. Torsinya justru sopan dan halus, tidak eksplosif atau terkesan terlalu padat ketika pedal akselerator diiinjak. Laju awalnya dari diam justru terkesan linear, layaknya mesin pembakaran normal. Paling hanya minus getaran dari arah ruang mesin.
Begitu yang saya rasakan saat melajukan UX versi listrik ini di jalan raya Jakarta. Tidak ada efek mengagetkan setiap saat pedal akselerator diinjak lebih dalam. Ketika injakan pedal dibejek rata lantai, luapan torsinya sangat terasa. Tapi tetap, ada jeda sepersekian detik dari sejak input ke pedal diberikan sampai mobil berakselerasi kencang. Tapi ini masih di mode berkendara Comfort.
Karena full electric, jelas lajunya sangat hening. Apalagi ditambah kualitas kekedapan kabin Lexus yang memang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Memang tidak begitu kencang, tapi motor listrik dengan output 201 hp dan 300 Nm dari mobil ini mengeluarkan suara mendengung dari luar. Sesuai peraturan untuk kendaraan listrik agar bisa terdengar oleh pengguna jalan lain, khususnya pejalan kaki. Alasan keselamatan.
Posisi mengemudi cenderung rendah untuk sebuah crossover. Nyaris sama seperti kalau duduk di dalam sebuah sedan atau hatchback. Walau basis UX pakai platform TNGA GA-C seperti Toyota C-HR, sama-sama berwujud crossover, feeling berkendaranya justru terasa lebih kompak dan dinamis. Seketika membuat saya lupa kalau UX adalah sebuah crossover atau SUV mungil.
Ditambah konfigurasi mobil listrik yang meletakkan rangkaian baterai di bagian dasar chassis. Membuat mayoritas bobot terpusat di bawah. Alhasil, lebih terasa menempel ke aspal ditarik gravitasi dan pergerakan dari setiap manuver menjadi lebih mantap. Belum lagi saat mengetahui kesigapan respons setir setiap input, namun sangat halus saat diputar. Agak kontradiktif, tapi sepertinya Lexus prioritaskan kenyamanan ketimbang karakter sporty.
Tentunya untuk komuter di jalanan kota, UX 300e sangat nyaman. Kabin superkedap, motor listrik halus, serta lantunan lagu atau radio favorit dari sistem audio Mark Levinson. Lexus juga mengatur karakter audio ke arah SQ (sound quality) daripada SPL (sound pressure loud), jadi tidak terasa dentuman bass keras sekencang apapun volume suara dipasang. Cocok untuk menikmati music klasik, swing jazz, atau mungkin Lo-Fi.
Kebetulan selama periode pengetesan cuaca di Jakarta lebih sering hujan. Bahkan deras dengan intensitas tinggi. Jadi tidak terlalu fokus mencari tahu sekencang apa motor listriknya kalau digeber maksimal. Tapi sempat juga sesekali mengajaknya cruising di jalan tol dan rasakan mode Sport. Tetap saja, meski keran output motor sudah dimaksimalkan, UX memang merespons lebih sigap dan galak, namun tetap halus dan tidak 'spiky.'
Yang jelas, saya dibuat lupa akan dua hal. Pertama mobil ini adalah crossover, dan kedua di balik bonnetnya tidak ada lagi mesin pembakaran. Karena pengendalian dan sensasinya sangat dinamis untuk sebuah crossover. Begitu juga dengan karakter motor listrik halus dan linear layaknya bukan mobil listrik.
UX 300e dibanderol Rp1,245 miliar (OTR Jakarta) saat meluncur akhir November 2020 lalu. Tapi ada beberapa hal minor yang agak mengusik saya selama menikmati waktu bersama mobil ini.
Pertama, sebagai mobil listrik UX 300e dilengkapi juga fitur regenerative braking yang bisa dipilih dalam 3 level. Tapi di level tertinggi, efek saat pedal gas dilepas tidak sekuat mobil listrik lain yang pernah saya coba. Contohnya Hyundai Ioniq dan Nissan Kicks e-Power. Mungkin ini cara Lexus untuk membuat karakter pengendaraannya sealami mungkin. Tapi di sisi lain, kita tidak bisa kemudikannya dengan metode one pedal operation.
Kedua, sistem infotainment Lexus memang ‘berbeda’ dibandingkan mobil pabrikan sekelas. Kepraktisannya sudah didukung wireless charging dock untuk smartphone kesayangan kita. Sayangnya untuk terhubung ke Apple CarPlay atau Andoid Auto, masih harus melalui kabel data USB, alias belum bisa wireless.
Ketiga, ada di tampilan kokpit yang modern dan mewah. Kenapa justru indikator baterai mobil tidak sekalian dibuat dengan tampilan digital? Di UX 300e, indikator kapasitas baterai justru analog, seperti mobil dari dekade lalu, padahal speedometer dan MID sudah full digital nan interaktif.
Walaupun demikian, paket fitur dan teknologi yang disediakan sudah cukup lengkap. Dari sisi keselamatan, tersedia 8 buah airbag. Lalu ada Lexus Safety System+ yang diisi oleh Pre-Collision System (PCS), Dynamic Radar Cruise Control (DRCC), Lane Departure Alert (LDA), dan Adaptive High beam System (AHS).
Mayoritas pengetesan dilakukan di jalanan dalam kota Jakarta. Jadi tidak sering dibawa kencang. Namun frekuensi berkendara cukup tinggi selama beberapa hari. Dengan mengutamakan mengemudi dalam mode Comfort, saya mendapat hasil konsumsi energi 7,4 km/kWh. Yang kalau dikonversi setara dengan mesin bensin adalah 65,8 km/liter.
Klaim Lexus, saat baterai 54,3 kWh terisi penuh, bisa melaju lebih dari 300 kilometer. Memang sedikit lebih pendek kalau dibandingkan dengan Kona Electric. Tapi tentu kemewahan yang ada di UX 300e tidak sebanding.
Untuk pengisian ulang, Lexus menyediakan dua port di sisi kanan dan kiri. Bagian kanan untuk charging dengan listrik AC. Charging normal seperti di rumah, kantor, atau fasilitas umum lain. Contohnya saat di rumah, saya bisa memilih kecepatan charging dengan arus 8A atau 16A. Tentu butuh waktu cenderung lama untuk pengisian via AC, setidaknya semalaman untuk bisa mencapai penuh.
Sementara di sebelah kiri, ada saluran untuk port DC dengan tipe CHAdeMO untuk memanfaatkan metoda fast charging. Untuk bagian ini, listrik maksimal yang bisa diserap sampai 31A. Misalnya baterai tersisa sekitar 50%. Mengisinya sampai penuh butuh waktu tidak sampai 2 jam.
Setiap pembelian unit UX 300e akan dilengkapi perangkat travel charger untuk dibawa-bawa. Lalu di rumah, Lexus akan memasangkan wallbox charger dengan besaran arus listrik yang sekaligus disesuaikan saat pemasangan. Kalau tinggal di kota besar, kita sudah bisa manfaatkan sejumlah fasilitas charging station yang disediakan oleh BUMN maupun inisiatif pihak swasta, seperti mall atau perkantoran.
Meski mobil listrik, UX 300e tetap ingin memberikan sensasi premium khas yang selama ini diandalkan. Tidak sulit untuk beradaptasi dengannya. Sebab penampilan luar, layout interior, dan bahkan karakater berkendara sangat familiar dan tidak membuat kaget.
Karakter berkendara sangat dinamis dan nyaman. Terasa seperti sebuah hatchback atau sedan meski wujudnya agak jangkung karena crossover. Kualitas rancang bangun premium tetap kental bisa dinikmati, disertai kelengkapan fiturnya dari sisi keselamatan.
Bila memutuskan untuk mengganti UX bermesin bensin 300e, biasakan saja tidak mampir ke SPBU. Semudah itu. Di kelasnya juga, sampai saat ini tidak ada rival langsung yang pantas dikhawatirkan. Apalagi Mercedes-Benz EQA yang baru-baru ini debut global, belum ada kabar apakah akan diboyong atau tidak. (Why/Odi)
Foto: Edi Weente
Baca Juga: Review Hyundai Ioniq Electric
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.