Antusiasme Ricky Thio, pimpinan Eurokars Motor Indonesia terlihat jelas saat kami menjemput New Mazda CX-5, 28 Maret 2022 lalu. Pertanda kalau APM Mazda di Indonesia ini memiliki rasa optimis untuk SUV baru mereka.
Mesinnya tidak beda. Tetap 2,5 liter Skyactiv G (Gasoline/bensin). Transmisi Skyactiv Drive 6-speed otomatis, tidak banyak berubah. Tapi ada teknologi baru di dalamnya yang sepertinya akan membuat mobil ini lebih irit. Eksteriornya mengalami perubahan minor. Lampu depan baru dengan LED, grille baru dengan ciri khas ‘wing’ yang sekarang makin lebar. Belakangnya ketambahan lampu dengan tatanan baru dan tambahan garnish.
Setelah briefing singkat soal kandungan pembaruan, CX-5 2022 dengan trim Elite ini kami lajukan. Pertama seputaran kemacetan ibukota yang hari itu terasa lebih menyebalkan dari biasanya. Di depan pengemudi, tepatnya di kaca depan terproyeksikan HUD (Heads Up Display) berisi informasi berkendara yang penting, plus peringatan-peringatan.
Sistem idling stop bekerja dengan baik menekan konsumsi BBM. Meski kami kurang suka dengan suara yang dimunculkan saat mesin menyala kembali. Prosesnya instan memang berkat posisi piston yang sejajar saat mesin mati. Tapi suara starter terdengar kasar.
Aspal keriting yang dilindas saat kecepatan rendah, memberikan impresi keras dan mobil seperti sedang kesulitan meredam kondisi permukaan jalan. Membuat kami merasa kasihan terhadap pelek berdesain baru ukuran 19 inci dan ban profil rendah bawaan pabrik. Tidak selalu memang, tapi harus diakui redaman kaki-kaki terasa sportif di kecepatan rendah. Tapi, hal ini tidak membuat kendur, malah penasaran. Pasti kalau jalan kencang, mobil ini rasanya akan asyik.
Sembari menggerutu karena lalu lintas yang tidak mendukung. Perhatian kerap beralih ke tatanan interior. Menurut Pak Ricky, jok New CX-5 ini memiliki rangka baru. Struktur body juga dibuat lebih rigid secara keseluruhan. Sulit membuktikannya, tapi memang cukup nyaman. Dan satu hal yang selalu kami angkat jempol untuk produk Mazda adalah kualitas interior.
Bahan kulit empuk digelar di beberapa tempat. Termasuk jok depan dan belakang. Yang tidak terbungkus kulit, terasa halus dan jauh dari kesan seadanya. Jangan harap menemukan bagian yang longgar dan bergoyang atau berderak saat mobil jalan. Semuanya terasa solid. Sekali lagi, ini bukan hal baru untuk Mazda. Bagasi? Kami tidak ukur, tapi setelah dimuat dua koper medium dan satu travel bag, sisa ruangnya masih lega.
Yang paling layak dipuji, setidaknya atas penilaian pribadi, adalah desain dan tatanan dashboard. Desainnya tidak banyak lekukan. Fasianya dibuat tegak dan jelas serta mudah dijangkau tangan pengemudi ataupun penumpang depan. Dan yang paling kami suka adalah tidak ada soft touch button atau tetek bengek digital yang terlalu kompleks.
Tampilan AC memang digital. Tapi pengaturan dua zona dan suhu masih mengandalkan kenop yang mudah dioperasikan. Tombol keras juga terpasang untuk mengatur penyalaan kompresor, aturan arah angin. Simple, jelas, mudah. Good job, Mazda. Masa bodoh kalau ada yang sebut tidak kekinian.
Mobil ini menyembunyikan banyak hal modern untuk mendukung kenyamanan dan keamanan plus keselamatan. Karena jalanan masih macet, lihat dulu sistem multimedia yang didukung sepuluh speaker Bose. Pengoperasiannya menggunakan kenop di konsol sebelah kiri pengemudi.
Mazda Connect memungkinkan handphone tersambung ke sistem multimedia. Tapi jangan harap bisa nonton Youtube. Ini murni untuk audio dan koneksi telepon serta informasi kendaraan. Plus navigasi, tapi pada unit yang kami uji, peranti lunaknya tidak tersedia. “Hubungi dealer Mazda,” begitu kalimat yang muncul di monitor.
Waktunya mengarah ke luar kota untuk pengujian yang lebih detail. Tol Jakarta-Merak kami pilih, dengan tujuan akhir sebuah resort di Anyer. Alasannya sederhana, sudah bertahun-tahun tidak jalan-jalan ke daerah ini. Plus, kondisi tol Jamer yang pas untuk sebuah SUV/Crossover kota. Fitur-fitur i-ActivSense bisa dimaksimalkan di sini.
Dimulai dari cruise control adaptif yang responsif berpadu apik dengan kemampuan menjaga lajur (lane keeping). Mobil seperti bisa bermanuver otonomus mengikuti garis marka jalan. Marka hilang, fitur pun bingung. Makanya, kami tidak sarankan untuk melepaskan tangan dari lingkar kemudi. Toh kalau lepas tangan juga, CX-5 akan memberikan peringatan.
Di rute tol ini kami coba membuktikan kerasnya suspensi di kecepatan pelan, menghasilkan pengendaraan yang patut diacungi jempol. Beberapa kali terasa ban agak meninggalkan aspal saat melibas sambungan jembatan. Suspensi dengan geometri baru, mampu meredam jalanan bergelombang dengan baik. Bantingannya masih bisa ditolerir. Jalanan lurus dalam kecepatan tinggi membuat CX-5 Elite ini meyakinkan.
Hal lain yang kami rasakan adalah, biarpun tinggi (1.680 mm), mobil ini tidak mudah oleng. Menyelesaikan tikungan keluar tol dengan kecepatan 60 km/jam (tentunya saat jalanan aman) terasa stabil. Kemudi dengan electric power steering di luar dugaan, linear dan presisi dengan bobot yang tidak kosong. Masalah pada mobil dengan power steering setrum adalah kerap bobotnya terlalu mengada-ada. Atau malah terasa kosong.
Ini membuat manuver terasa meyakinkan di berbagai kondisi. Masuk jalan bypass non-tol di wilayah Cilegon, Banten, Kondisi jalan yang keriting dan lalu lintas tidak terlalu padat diatasi dengan lincah berkat respon kemudi dan transmisi yang berpindah dengan gesit. Meski kadang pindahnya agak berlebihan, sehingga mesin berputar terlalu tinggi. Meski kami suka hal itu.
Menurut Mazda, New CX-5 ini dibekali dengan pembaruan di bagian NVH (Noise, Vibration, Harshness atau peredam). Jujur, untuk meredam kasarnya jalan, berhasil. Suara roda tidak terlalu mengintrusi kabin. Yang terasa malah di setir. Kami lebih setuju begini. Pengemudi perlu tahu apa yang sedang dialami oleh ban untuk lebih awas. Suara mesin juga diredam dengan baik. Kecuali saat putaran sudah lewat dari 4.000 rpm, mulai terdengar geraman halus sang SkyActiv-G 2,5 liter.
Saat suasana agak tenang di rute arah balik, CX-5 dikendarai dengan agak santai. Menikmati cruise control yang bisa jaga jarak tadi. Sambil mengamati seperti apa konsumsi BBM-nya. Tapi yang lebih penting adalah, kemampuan baru yang dimiliki mesin: Cylinder Deactivation. Dengan fitur itu, CX-5 bisa berjalan hanya dengan menggunakan sepasang silinder, sementara sisanya dimatikan.
Dan jangan kepikiran mesin pincang. Semuanya sudah diatur oleh ECU. Tidak ada bedanya dengan saat bekerja normal. Kalau tidak ada indikator di layar multimedia, Anda tidak akan merasakannya.
Yang pasti, saat dipacu dengan agresif pun, mesin ini mampu melayani. Untuk pengendaraan normal, dayanya terasa mengisi dari bawah. Operasikan transmisi melalui paddle shifter di setir untuk pengendaraan yang lebih agresif. Meski rasa perpindahannya biasa saja.
Dengan semua gaya mengemudi di atas, kami mencatatkan konsumsi BBM 12 km/liter untuk penggunaan dalam kota dan jalan tol. Cukup baik untuk ukuran mobil 2.500 cc.
Nyaman? Kami bisa bilang Mazda CX-5 kini mengalami peningkatan. Tidak terlalu jauh dengan sebelumnya dalam hal kenyamanan. NVH memang meningkat membuat mobil terasa halus bagi penumpang. Ini akan bikin mereka betah.
Tapi untuk yang suka menyetir sendiri, soal rasa pengendalian akan memberikan kepuasan. Suspensi, pergerakan kemudi yang meyakinkan dan fitur-fitur pendukung khas Mazda memberikan karakter kalau mobil ini mampu melayani dengan baik.
Fitur keselamatan i-ActivSense yang sekarang makin lengkap kemampuannya juga sebetulnya tidak terlalu mengejutkan. Kompetitornya sudah menyematkan duluan. Tapi sekali lagi, pengoperasian fitur yang tidak rumit jadi nilai lebih. Jadi, kalau boleh disingkat, Mazda CX-5 2022 ini adalah mobil yang ramah, lincah dan berperforma. Kekurangan ada, pasti. Tapi tertutupi oleh kesenangan berkendara yang diberikan. (Ddn/Odi)
Baca Juga: Review Toyota Corolla Cross Hybrid
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.