Sebelumnya unit ini sudah pernah dicoba akhir tahun lalu. Namun sayang sesi impresi saat itu terlalu singkat. Hanya berpelesiran di kawasan Jungle Land, Bogor. Waktu yang diberikan juga terbatas. Lantaran kondisi yang tidak memungkinkan, banyak variabel belum dikupas lebih mendalam.
Akhirnya selama satu minggu Nex Crossover berada di tangan kami. Kesempatan untuk mengujinya secara intensif jadi lebih enak. Paling penting, skutik ini kami jajal untuk melewati trek dalam kota hingga menuju pengunungan. Agar dapat merasakan kelincahan melahap medan aspal, berbatu hingga lumpur sesuai karakter sebagai motor tualang. Ya, kami melakukan pengetesan dari Bekasi menuju Curug Panjang, Megamendung, Bogor. Perjalanan ini sekaligus untuk membuktikan apakah Nex Crossover nyaman buat turing jarak dekat. Berikut ulasannya.
Posisi berkendara tinggi dan nyaman. Duduk di atasnya dalam kondisi diam, kaki bisa menapak sempurna di permukaan jalan. Dengan catatan untuk rider setinggi 173 cm. Mencari ergonomi lebih enak bisa memundurkan bokong sedikit agar dengkul tidak mudah mentok dengan dek depan. Mungkin buat yang punya tinggi 160 sampai 165 cm masih bisa terakomodir, walau nantinya sedikit jinjit.
Jika Anda sudah pernah mengendarai Nex versi standard atau Cross, pasti langsung merasakan perbedaannya. Disebabkan bagian kemudi sedikit melar (765 mm), membuat posisi kedua tangan lebih terbuka. Jadi a la motor trail. Meski lebih panjang dari varian reguler, ukurannya pas. Tidak terlalu tinggi, sehingga tidak menyulitkan kala bermanuver.
Imbas pemakaian handlebar tinggi, visibilitas jadi lebih luas. Posisi tangan juga tidak terlalu menekuk, bikin rileks. Insinyur Suzuki sungguh memperhatikan hal itu agar mudah dikendarai oleh siapapun. Apalagi dek pijakan kaki cukup luas, tentu saja menawarkan kenyamanan.
Model jok masih sama seperti saudaranya. Tapi Nex Crossover dirancang pakai material yang lebih baik. Feel-nya terasa lebih tebal dan cukup empuk. Lumayan buat ukuran skutik entry level berperawakan semi cross.
Setang model handlebar punya karakter turing yang kuat. Jadilah kami melakukan perjalanan dari Bekasi, melalui rute perkotaan dan menuju daerah pegunungan. Tidak terlalu jauh dari ibu kota, hanya berjarak 120 km. Tepatnya ke Curug Panjang, Desa Citamiang, Kecamatan Megamendung, Bogor. Lokasi ini dipilih karena memiliki struktur jalan kombinasi. Aspal mulus hingga berlubang, berbatu sampai permukaan tanah basah. Apalagi kondisinya baru diguyur hujan lebat. Pas untuk menguji handling dan kekuatannya.
Soal pengendalian di dalam kota, ia cukup cekatan. Ringan, manut, dan presisi, sesuai khas skutik entry level. Dikarenakan juga berat kosong hanya 94 kg. Meski menggunakan setang lebar, buat dipakai harian untuk meliuk di kemacetan juga terasa mudah. Tak butuh penyesuaian berlebih, langsung gas dan motor asyik dibawa riding. Saat bertemu u-turn di jalan raya, siku rider juga tidak gampang mentok.
Masuk di kawasan pengunungan dengan kondisi medan kombinasi, ia masih mudah dikendalikan. Lagi-lagi setang lebar cukup membantu. Ketika bertemu lubang maupun speed bump (polisi tidur) yang lumayan tinggi, bagian bawah tidak mudah mentok. Itu karena ground clearance atau jarak terendah dari tanah setinggi 150 mm. Boleh dibilang paling jangkung dibanding skutik sekelasnya. Sehingga terasa lebih mantap dan meyakinkan untuk dibawa bertualang kemanapun tanpa rasa khawatir.
Kenyamanan berkendara didukung floor board rata lega. Pengguna dengan ukuran sepatu 42 pun masih ada ruang tersisa. Jadi masih bisa bergerak bebas agar tidak mudah bosan. Enaknya, ada kontur bergerigi di dek, membuat kaki pengendara tidak mudah tergelincir. Karakter suspensinya juga membantu dalam hal kenyamanan. Mampu meredam ketika melintasi area bebatuan. Tak ada gejala mentok di peredam kejut depan maupun belakang. Tapi hasil itu berbeda jika sudah berboncengan, tergantung bobot total pengendara dan penumpang juga.
Lincahnya Crossover di medan kurang baik juga didukung penggunaan kulit bundar tipe tubeless dengan model dual purpose. Cukup mumpuni dalam memberikan traksi di area berbatu. Bahkan saya bisa sombong sedikit dengan pengendara naked bike 150 cc. Karena sempat kesulitan saat bertemu jalan menanjak yang baru saja diguyur hujan. Jadi ban yang digunakan oleh skutik tualang ini terbukti tangguh, bukan hanya sekadar mendongkrak penampilan. Pakai lansiran IRC GP-5 series yang memiliki kedalaman tapak masing-masing 5,1 mm dan 5,5 mm.
Perpaduan ban bertapak kasar dengan suspensi belakangnya yang panjang, bikin enak blusukan. Di trek light off-road seperti kerikil dan tanah basah juga tidak buruk, motor dapat dengan mudah dikontrol. Ditambah pelek berukuran 1,60 inci dibalut ban 80/90-14 di depan dan belakang 1,85 inci dengan ban 90/90-14.
Pengereman masih sama dengan skutik entry level lain. Pakai kontruksi cakram di depan dan belakang tromol. Yang kami rasakan justru rem belakang terasa lebih pakem ketimbang depan. Meski begitu, sudah cukup mengurangi laju dengan baik dan sangat seimbang antara tenaga motor dan performa. Meski menggunakan komponen rem standar di roda belakang, belum diberikan smart lock.
Pemacu yang digunakan Nex Crossover persis dengan Nex II standar. Didukung jantung mekanis berteknologi Suzuki Eco Performance (SEP), satu silinder, 4-langkah, SOHC, 2-katup, berpendingin udara dengan kapasitas 113 cc. Pasokan bahan bakarnya injeksi. Ia memiliki bore 51 mm dan stroke 55,2 mm. Dengan klaim tenaga maksimum 9,2 hp di 8.000 rpm dan torsi 8,5 Nm di 6.000 rpm.
Meski tergolong skutik kecil, daya dihasilkan cukup mumpuni untuk berkendara harian. Tarikan awalnya padat dan responsif. Jadi buat jambakan di awal, stop & go di kemacetan atau menaklukkan tanjakan tak ada kesulitan. Terbukti saat bertemu medan terjal di area Curug Panjang, ia mampu melibas dengan mudah. Tapi saat melintasi permukaan yang naik cukup panjang, tenaganya perlahan menurun. Wajar, sebaran torsi dan power memang dipusatkan di kitiran bawah hingga menengah, khas mesin stroke panjang.
Oh iya, ketika mesin menyala terdengar suara cukup mengganggu karena masih pakai dinamo starter konvensional. Maklum, belum dilengkapi seamless start macam ACG (Alternator Current Generator) starter di Honda ataupun SMG (Smart Motor Generator) milik Yamaha. Sehingga ketika dinyalakan masih terdengar suara kasar. Meski demikian, Suzuki membekali fitur easy start system, mesin jadi mudah dinyalakan. Pengendara hanya perlu menahan rem dan menekan tombol starter satu kali tanpa perlu ditahan.
Seberapa efisien untuk bahan bakarnya? Menurut hasil pengujian full to full, skutik ini sudah kami gunakan sejauh 120 km. Lebih kurang menghabiskan 2,9 liter bahan bakar. Bisa kita asumsikan, 1 liter digunakan sekitar 41 km. Hasil ini tentunya bisa berbeda, tergantung cara berkendara dan kondisi perjalanan. Boleh jadi kalau untuk penggunaan dalam kota bisa lebih irit. Angka segitu kami hasilkan karena melalui berbagai medan, terlebih saat masuk kawasan pegunungan, sering buka gas dalam-dalam. Sebagai informasi, tangki bensinnya berkapasitas 3,6 liter.
Secara garis besar, bodinya masih serupa dengan Nex II. Ia memiliki tinggi 1.055 mm, lebar 765 mm, panjang 1.890 mm. Bobotnya 94 kg, atau lebih berat 1 kg dari Nex II. Hanya beda tinggi dan lebar dengan versi reguler. Dimensinya tidak terlalu besar, sehingga masuk dalam kategori skutik entry level dan ramah digunakan wanita.
Memiliki dimensi kompak, dan tampilannya maskulin. Bagian depan serbalancip. Lampu utama menjorok ke belakang sehingga bodi pinggirnya tampak tajam dan dinamis. Didukung pula warna bodi cerah dan grafis nyentrik. Perbedaannya jelas, ada di konsepnya. Setang naked yang menyingkirkan batok kepala itu mengentalkan aura 'skutik trail'. Ditambah penggunaan ban tapak kasar, sangat pas untuk Anda yang gemar berkendara di medan kurang mulus.
Selain memiliki peran dalam meningkatkan ergonomi dan kenyamanan posisi berkendara, setang yang terpasang juga memberikan efek skutik kokoh dan tangguh. Kemudian joknya dibungkus dengan lapisan kombinasi warna dual-tone. Beda dengan varian Nex lain yang masih mengadopsi satu warna. Konturnya juga beda, ia lebih empuk.
Khusus Nex Crossover, diberikan desain stripping sporty. Ia tersedia dalam dua pilihan warna, Stronger Red-Titan Black dan Solid Black. Paling nyentrik dari segi eksterior yakni penggunaan aksen merah pada brake caliper dan rear spring, memberikan kesan unik dan dinamis.
Di bagian tengah setang, ditanamkan digital instrument cluster. Komponen itu berbeda dengan keluarga Nex II yang masih pakai model analog dengan jarum sederhana. Ia lebih modern dan tak salah jika menjadi yang terkeren di kelasnya. Mirip seperti kepunyaan GSX series dan Satria F150. Sayang, isinya cuma status bahan bakar, jam, trip A, trip B, dan tegangan aki.
Di bawah setang ada dua kompartemen cukup besar. Bisa menampung botol air minum 600 ml atau menyimpan sarung tangan. Sayang tidak dilengkapi USB charger di sisi kiri, seperti yang ada di Nex tipe tertinggi maupun Cross.
Sebagai fitur keamanan, kontak dilengkapi pengaman magnet. Lebih aman ketimbang model polos. Minusnya fitur parking brake lock dan side stand switch belum ada, padahal itu sudah jadi standar skutik sekelas. Demikian juga bagasi di bawah jok masih sama, sempit hanya 4,8 liter. Cuma bisa menampung jas hujan, itu pun mesti sedikit dipaksa.
Suzuki Indonesia sukses menciptakan skutik dual purpose. Sesuai tujuannya, menyajikan tampilan keren dan nyaman digunakan di berbagai kondisi jalan. Penggunaan setang lebar, panel instrumen digital, ground clearance tinggi, serta ban dual purpose sudah lebih dari cukup untuk kategori skutik rekreasional. Dengan segala kelengkapan yang dimilikinya, kami rasa skutik ini juga cocok buat turing antar kota.
Jika dibanding rivalnya, ia memang masih minim fitur. Belum ada side stand switch dan bagasi sempit. Tangki bensin pun cuma 3,6 liter. Walau demikian, Nex Crossover menawarkan performa mesin mumpuni. Meski mengadopsi konsep tualang, karakternya tetap lincah khas skutik perkotaan. Apalagi konsumsi bahan bakar tergolong irit. (Bgx/Odi)
Baca Juga: Review Yamaha Mio Gear 125, Seberapa Multiguna?
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.