Test Drive Mitsubishi XForce: Ada Kenikmatan Tersendiri

Perkenalan awal Mitsubishi XForce berlangsung di Proving Ground kawasan Karawang, Jawa Barat. Namun kurang enak rasanya jika belum diajak pergi jauh. Mitsubishi juga menggelar kegiatan serupa dari Solo, berlanjut ke Semarang dan berakhir di Yogyakarta. Pemandangan sepanjang perjalanan tiga kota sangat cocok untuk mengeksplorasi karakter SUV kompak terbaru. Pasalnya mobil ini membuat penasaran orang. Terutama dalam hal sensasi berkendara. Apakah ada kemiripan dengan Xpander, atau justru lebih seru?

Dari belakang kemudi, mudah untuk menemukan posisi yang tepat. Posisikan bangku dengan benar. Kemudinya dapat diatur empat arah (tilt dan teleskopik) dengan nyaman. Dengan tinggi badan tester yang mencapai 173 cm, sudah cukup untuk mendapatkan visual yang optimal di sekitar kendaraan. Pergerakan setir terasa pas untuk ditahan, sesuai dengan karakter Electric Power Steering. Akan semakin berat bila mobil melaju kencang. 

Jantung pacu XForce sama dengan Xpander dengan volume 1,5 liter. Dengan format empat piston DOHC 16 katup, keluaran tenaga puncaknya mencapai 105 PS pada 6.000 rpm dan torsi maksimalnya mencapai 141 Nm pada 4.000 rpm. Bayangkan saja, SUV baru ini memiliki bobot lebih ringan 100 kg dibandingkan Xpander. Jadi besarnya rasio power toweight pasti berbeda-beda.

Lalu pilihan penggerak roda depan (FWD). Menggunakan tipe CVT matic yang dikenal distribusinya lancar. Termasuk bisa menghemat bahan bakar jika pandai menjaga putaran tetap optimal. Alhasil, saat menuju Semarang lewat Tol Bawen, ia merasa lebih lincah. Saat jalanan datar, akselerasinya mulus hingga 100 km/jam. Putaran mesin ditampilkan pada 2.000 rpm hingga 2.500 rpm pada layar tampilan digital berukuran 8 inci.

Saat jalanan relatif sepi, saya aktifkan cruise control di tombol kanan kemudi. Putaran mesinnya lebih stabil di kisaran 2.000 rpm hingga mampu melaju di kecepatan 95 km/jam. Kecepatan mobil juga dapat dikurangi atau ditingkatkan melalui sebuah tombol. Kaki kanan tetap menginjak pedal rem. Yang perlu diperhatikan bagi Mitsubishi, mobil sekeren XForce harusnya dilengkapi dengan cruise control adaptif. Jangan kalah dengan rival sekelas.

Respon mesin dan transmisi di jalan tol cukup lincah, hal ini wajar karena kontur jalan cenderung landai. Tak perlu menginjak pedal akselerator terlalu dalam untuk mendapatkan kecepatan instan. Perlu diketahui, pada tuas transmisi terdapat tombol DS. Sekali lagi ini bukan mode Sport. Jangan salah. Seperti pada kendaraan pada umumnya, fitur ini berfungsi layaknya overdrive. Jika diaktifkan, rasio gigi virtual akan ditahan agar diperoleh akselerasi cepat dan momentum tarikan optimal. Namun putaran mesinnya lebih tinggi.

Anda bisa menggunakannya ketika ingin menyalip kendaraan di depan. Setelah itu, matikan kembali fungsinya. Jika tidak, mesin akan terus menderu dan akhirnya boros bahan bakar. Tapi jujur saja, di sepanjang tol menuju Semarang hampir tidak pernah menggunakan tombol DS. Pasalnya respon mesinnya cukup untuk menyalip atau berselancar mulus.

Catatan konsumsi berdasarkan MID berkisar 13,5 km/liter. Itu hanya gambaran saat bepergian ke luar kota dengan empat orang penumpang. Kemudian bagasi diisi dengan barang bawaan. Yah, ini menarik lagi. Di dalam head unit Mitsubishi XForce berukuran 12,3 inci terdapat skor berkendara. Fitur yang dirancang dan dikembangkan khusus oleh legenda Reli Dakar Hiroshi Masuoka.

Ada tiga aspek mendasar dalam menentukan skor berkendara Anda, yaitu: akselerasi, kemudi, dan pengereman. Intinya bagaimana kita mengangkut kendaraan agar penumpang merasa nyaman. Jika cara mengemudimu berantakan, nilaimu pasti buruk. Dari Solo hingga Semarang, akumulasi skor berkendara adalah 89 poin. Ini merupakan hasil rata-rata dari ketiga aspek di atas. Artinya, jangan gegabah.

Perjalanan dilanjutkan ke Yogyakarta melalui jalan tol dan jalan provinsi di perbukitan dan pegunungan seperti Ungaran dan Kopeng. Banyak jalan yang tajam dan tidak rata. Di sinilah tempat yang tepat untuk merasakan cara kerja sistem peredam Mitsubishi XForce. Menggunakan suspensi depan tipe MacPherson Strut dan dukungan roda belakang Torsion Beam.

Faktor lain yang mempengaruhi bantingan adalah roda. Mitsubishi XForce menggunakan pelek dual tone berukuran 18 inci. Profil bannya agak tipis yakni 225/50 mm dan tekanan ban semuanya 33 psi, seperti tertera di TPMS. Nah, dari sini saja Anda sudah bisa mendapatkan gambaran bagaimana cara kerja sistem peredam mobil.

Jujur saja, saat melintasi jalanan beraspal, Mitsubishi XForce terasa stabil, cenderung minim gejala body roll alias goyah. Bergerak untuk menyalip kendaraan di depan tetap stabil. Apalagi saat dipacu kencang dengan kecepatan di atas 100 km/jam. Seolah berjalan lancar tanpa ada hambatan. Sistem isolasi di dalamnya juga sangat bagus. Kenapa bisa begitu?

Formulasi suspensi di dalam Mitsubishi XForce, ia mendapatkan Torsion Beam lebih besar. Kemudian spring rate menurut pabrikan ditingkatkan 20 persen dibanding milik Xpander. Makanya redaman dibuat lebih kaku sesuai karakter kompak SUV. Walau begitu, pengembalian pegas (rebound) masih terasa lembut. Sepanjang perjalanan, kemantapan berkendara juga didukung oleh bantuan Active Yaw Control.

XForce juga memiliki Active Yaw Control (AYC) guna mencegah gejala understeer. Alhasil kendaraan lebih mudah dikendalikan saat bermanuver menikung dalam sudut lebih kecil. Walau tidak berkorelasi langsung dengan gejala body roll, selama pengetesan di daerah Ungaran, malah minim limbung. Peranti juga sangat menambah kemantapan mobil ketika melesat di tikungan tajam dalam kecepatan tinggi.

Sistem pintar ini memiliki pola kinerja berjenjang dengan Anti-lock Braking System (ABS) dan Active Stability Control (ASC). Nah, tatkala ASC menahan putaran roda agar tidak selip di kondisi jalan licin. Maka AYC membagi distribusi penyaluran daya antara roda kanan dan kiri agar seimbang saat menikung. Hasilnya adalah kepresisian berkendara.

Untuk bertarung di segmen kompak SUV 5-seater. Mitsubishi XForce lebih menekankan nilai jual seperti desain gagah, mode berkendara dan audio premium. Seyogianya mereka bisa menambah kelengkapan fitur aktif dan preventif (ADAS) pada masa mendatang. Termasuk sistem telematik. Sehingga tak kalah kelengkapan dari rival sekelas. (Alx)

 

Baca Juga: Racikan Ini yang Bikin Rasa Berkendara Mitsubishi XForce Beda dari Xpander