Vespa LX 125 i-get disulap dengan pendekatan budaya nusantara pakai corak batik. Model ini sekaligus penanda dimulainya perakitan lokal Vespa di pabrik Piaggio Group. Kami mendapat kesempatan untuk mencobanya langsung, mengendarai dari Jakarta menuju kawasan Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Merasakan impresi berkendaranya, karakter handling, performa, akomodasi, fitur, hingga racikan suspensinya yang khas.
Total jarak tempuh pulang pergi dari memulai perjalanan hingga sampai ke rumah adalah 167,3 km. Memang tak terlalu jauh, tapi kami bisa menjabarkannya secara lengkap buat Anda yang memang penasaran dengan Vespa Batik rakitan lokal ini.
Rute pergi yang dipilih adalah melewati Depok, menyusuri jalan Bukit Pelangi, dan berakhir di sebuah rumah makan yang berlokasi di Citeko Cisarua. Sementara jalur pulang melewati Parung Bogor yang saat sore hari lalu lintasnya cukup padat.
Kita mulai pertama dari tampilan. Sektor ini jadi nilai jual yang ditawarkan oleh Vespa Batik. Secara bentuk dan desain bodi tak ada perbedaan dengan versi LX125 reguler, namun kelir warna Green Relax dengan grafis batik nusantara sukses membuatnya tampil lebih mewah dan berkelas.
Grafis batik pada Vespa ini adalah hasil kolaborasi dengan rumah desain batik Iwan Tirta Private Collection untuk mendesain langsung corak batik pada motor tersebut. Visual batik ini dinamakan sebagai 'Tambal Jagad' yang punya makna filosofis mendalam dan menggambarkan berbagai latar belakang serta budaya.
Sesuai dengan embel-embel 'Special Edition' dari perusahaan, subjektif saya Vespa Batik memang memiliki tampilan yang spesial. Utamanya lewat 7 corak batik yang menghiasi beberapa bagian tubuhnya. Mulai dari depan, dasbor, sisi kiri serta kanan pijakan kaki, bagian bawah bodi samping, lis belakang, top box, sampai helm yang jadi 1 paket dalam penjualan.
Tujuh pola batik tersebut merepresentasikan Indonesia dari Barat hingga ke Timur. Jika dirinci ada bubuhan motif Perisai dari Kalimantan, Ayam Kasuari dari Papua, Megamendung dari Jawa Barat, Tenun Ikat Menjangan dari Nusa Tenggara, Sokowani dari Sumatera, Poleng dari Bali, dan Kawung dari Jawa Tengah.
Ragam corak batik yang menghiasi beberapa bodinya dilabur dengan akhiran pernis. Finalisasi ini membuatnya tak mudah rusak dan tampil lebih mengkilap. Apalagi warna keseluruhan batik yang dipakai senada dengan kelir bodi sehingga terkesan netral dan sedap buat dipandang.
Vespa LX125 Batik tetap mempertahankan desain bodi menyintal dengan karakter klasik serta elegan. Detail catnya memuaskan, menunjukkan Vespa sebagai merek premium yang kini sudah dirakit lokal di Cikarang.
Pengalaman saya berkendara dengan Vespa Batik kerap kali mendapat tatapan dari pengendara lain. Utamanya ketika di kemacetan, berhenti untuk istirahat, atau menunggu lampu merah. Jujur, sensasi menyenangkan.
Rancang bangun dari Vespa Batik tak ada ubahnya dengan Vespa LX125 i-get reguler. Dia punya bentuk yang ringkas dan ramping, model paling kompak dari Vespa untuk dijadikan kendaraan harian.
Secara dimensi, Vespa Batik memiliki panjang 1.770 mm, tinggi 705 mm, jarak sumbu roda 1.280 mm, dan tinggi jok di 785 mm. Untuk pengendara dengan postur tinggi di bawah 170 cm haruslah bersabar, sebab bisa dipastikan kedua kaki tak akan bisa menginjak tanah dengan sempurna.
Saya sendiri memiliki tinggi 175 cm dan berat badan di 75 kg, hasilnya ke-2 kaki tak bisa menapak dengan sempurna. Ada sedikit gap di tumit belakang, namun masih masuk kategori ideal. Tips jitu yang bisa dilakukan adalah menaikkan satu kaki, entah kiri atau kenan dan geser sedikit bokong. Alhadil tumpuan 1 kaki bisa menapak dengan sempurna ke permukaan.
Sementara untuk posisi duduk pemakaian dalam kota saya kategorikan nyaman. Sebab posisi berkendara tidak membungkuk serta jarak setang dan tubuh sejajar. Segitiga berkendara ini membuat gerak tangan lebih bebas dan leluasa.
Namun untuk penggunaan jarak yang cukup jauh, misalnya ketika diajak touring ke Cisarua Bogor bagian pinggang terasa pegal setelah pemakaian 1 jam. Hal ini dikarenakan posisi kaki pada footrest yang terlalu tinggi.
Pun untuk fiturnya, seluruh teknologi yang ada pada Vespa Batik tak berbeda dengan LX125 standar. Penerangan depan sudah berteknologi LED dengan intensitas cahaya yang cukup untuk penggunaan harian.
Di panel instrumennya ada informasi keterangan odometer, trip A, Trip B, jam, dan informasi bahan bakar. Kemudian untuk menemani aktivitas, sudah tersemat USB Port di bagian bagasi depan, tak perlu khawatir ponsel hilang atau jatuh, karena kompartemen tersebut hanya bisa dibuka ketika menggunakan anak kunci.
Lanjut ke fitur keamanan, dia sudah dibekali dengan Safety & Security Anti-theft Immobilizer. Sayangnya untuk peranti keselamatan belum mengusung rem ABS (Anti-lock Braking System).
Menyinggung jantung pacu, Vespa Batik masih mengandalkan mesin dengan teknologi i-get, 4-tak, 3 katup, 1 silinder, berkubikasi 125 cc, berpendingin udara dan berpengabut injeksi.
Rancang ini mampu menghasilkan tenaga maksimal 8,9 Hp pada 7.600 rpm dan torsi puncak 10,2 Nm pada 6.000 rpm. Keseluruhan output itu kemudian disalurkan lewat transmisi otomatis tipe CVT (Continuously Variable Transmission).
Pertama kali memutar tuas gas motor ini, tenaga awal hingga menengahnya bisa dibilang kosong alias naiknya begitu pelan. Artinya tenaga mesin dijaga bukan untuk mengincar top speed ataupun akselerasi demi mengejar kenyamanan berkendara di perkotaan.
Tapi beda kasus ketika menyentuh puntiran mesin atas, saya merasa tenaganya keluar meski tak terlalu signifikan. Untuk penggunaan dalam kota enjin kepunyaan Vespa Batik sudah cukup mumpuni.
Lalu bagaimana ketika diajak touring ke Cisarua dengan medan jalan yang mayoritas menanjak? Komposisi mesinnya tetap bisa diandalkan, tapi memang butuh effort ketika tak dapat momentum yang tepat dari bawah. Jadi tipsnya adalah mengatur bukaan gas dan jaga putaran mesin di rpm yang ideal.
Buat mengimbangi performa mesinnya, Vespa LX125 Batik dikawal pengereman cakram tunggal di roda depan dan rem jenis tromol di bagian belakang, Performanya saya kategorikan baik, meski tak mengadopsi ABS atau cakram di belakang.
Saat motor melaju, karakter handlingnya stabil untuk dikendalikan dalam kondisi jalan yang lancar atau ketika harus bermanuver dan meliuk di jalan pada pada kecepatan rendah.
Saat dipacu dalam kecepatan tinggi, motor ini juga terasa kokoh tak goyang. Rasanya cukup percaya diri menggeber Vespa Batik. Tentu saja itu dilakukan dengan memperhatikan aspek keselamatan dan safety riding.
Saya merasakan ada peningkatan pada berat setang yang kini terasa lebih berat, efeknya motor lebih nyaman ketika diajak selap-selip di kemacetan. Entah mengapa pada LX125 keluaran 2019 yang pernah saya coba karakternya terlalu enteng dan ini cukup mengagokkan.
Sistem peredam depan dari Vespa Batik mengusung model pegas spiral dengan hidrolik tunggal. Sementara di belakang pakai suspensi dengan 4 tingkat penyetelan yang bisa disesuaikan dengan preferensi masing-masing. Racikan suspensi ini tak berbeda dengan LX125 standar, subjektif saya tak terlalu nyaman utamanya ketika berkendara di jalan rusak atau melibas speed bump.
Vespa LX125 i-get Batik bisa dibilang nyaman untuk digunakan sebagai motor harian. Namun untuk keperluan touring atau jarak jauh Anda perlu adaptasi pada karakter suspensi dan posisi kaki di bagian dek.
Urusan angkut barang, bagasi utamanya mampu menyimpan 1 buah helm berjenis open face bawaan pabrik. Sementara top box di belakang juga punya volume yang cukup besar sanggup menyimpan barang seukuran helm.
Menyoal tampilan dan desain saya berikan 2 jempol. Visual premium pada LX125 standar dipoles makin mewah dengan sentuhan corak batik garapan Iwan Tirta. Sebagai informasi saja, Vespa Batik jadi satu-satunya Vespa di dunia yang dilahirkan dengan pendekatan karakter budaya sebuah negara.
Informasinya beberapa negara ingin mendatangkan dan menjual Vespa Batik. Namun PID memastikan untuk saat ini model tersebut hanya dijual untuk konsumen Indonesia saja. Berpeluang jadi motor koleksi? Mungkin saja di lain waktu, mengingat peredarannya hanya untuk pasar domestik.
Bila tertarik memilikinya, Vespa Batik dijual dengan harga Rp77 juta on the road (OTR) Jakarta. Sengaja mengkalkulasi dengan LX125 reguler ada selisih Rp32,5 juta lebih mahal. Tapi perlu dicatat, versi standar diniagakan tanpa helm dan top box, serta tak kebagian warna Green Relax.
Kabar baiknya untuk Anda yang memang sudah kepincut dengan Vespa Batik, perusahaan menggelontorkan promo pembelian Rp16 juta khusus pasa Maret 2023. Nominal itu bisa dimanfaatkan untuk memotong harga OTR sehingga jadi lebih terjangkau. Bagaimana, tertarik? (Kit/Odi)
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.