Mobil listrik mungil satu ini bakal sering ditemui di jalan-jalan. Sejak debut Agustus 2022 lalu, diklaim sudah terpesan 5.000 unit. Sementara jumlah yang sudah terkirim ke garasi konsumen sebanyak 2.800 unit. Bodi imut, desain lucu, sangat praktis untuk harian, ditambah tak perlu ke SPBU, mungkin menjadi mobil listrik paling pas untuk Indonesia saat ini.
Pengujian kali ini lebih fokus ke kemampuan Wuling Air ev dijadikan sebagai kendaraan komuter atau harian. Lokasi tes yang saya pilih adalah perkotaan dengan kondisi jalan beragam seperti kemacetan, jalan tol, hingga menyisir jalan sempit. Lantas, seberapa layak micro car tersebut untuk dimiliki? Simak rangkuman menyoal plus dan minus di bawah ini.
Sektor eksterior dari Air ev memang cukup menjual. Ia tampil futuristik memadukan kesan imut dari dimensinya yang kompak. Panjangnya cuma 2.974 mm, lebar 1.505 mm, dan tinggi 1.631 mm. Sementara wheelbase hanya 2.010 mm, membuatnya andal untuk bermanuver di jalan-jalan “tikus" Ibu Kota.
Varian tertinggi menurut kami lebih komunikatif. Visualnya modern berkat lampu utama berteknologi LED proyektor dengan kombinasi DRL (daytime running light) horizontal yang cukup panjang dari sisi kiri hingga kanan fascia.
Bagian sampingnya tampil minimalis, berkat penggunaan jumlah pintu yang hanya 2 buah. Tak ada banyak aksen agresif, selaras dengan desain mungil yang diusung dari Air ev. Dimensi bodi yang kompak juga terlihat dari pengaplikasian pelek 12 inci berbalut ban 145/70 rata depan belakang.
Bentuk bodinya cenderung mengotak dengan bagian belakang memiliki kaca melengkung dan spoiler atas untuk memberikan kesan aerodinamika. Adapun lampu belakang belakang mengaplikasikan model vertikal yang berteknologi LED dan turut dilengkapi dengan lampu malam atau DRL berbentuk garis memanjang.
Perpaduan warna utama bodi dengan kelir hitam di bagian atap serta beberapa sisi pintu membuatnya tampil lebih bergaya. Pabrikan menawarkan Air ev varian paling mahal dengan opsi warna cerah Pristine White, Avocado Green, Lemon Yellow, Peach Pink, dan Galaxy Blue.
Subjektif saya soal desain Wuling Air ev. Di beberapa sektor terlihat sedikit kaku, utamanya di bagian samping dan depan. Ukuran pelek juga kurang proporsional, mungkin bila dinaikkan 1 inci akan terlihat lebih proper. Keempat pelek masih menggunakan material kaleng. Lalu ditutup wheel cap agar terlihat lebih futuristik.
Di balik beberapa catatan tadi, pendekatan masa depan membuatnya sukses tampil beda di jalanan. Terbukti tak sedikit pengendara lain yang menoleh karena mampu menyita perhatian.
Wuling mendesain interior Air ev dengan mengedepankan fungsionalitas dan kepraktisan. Visual dalam kabin terlihat modern, ada 2 layar besar berukuran 10,25 inci yang memiliki fungsi sebagai cluster meter dan 1 nya lagi untuk kebutuhan infotainment dan pengaturan mobil.
Jujur saja, layout dari interior Air ev tergolong menarik. Bahkan saya bilang tak seperti mobil di bawah Rp300 jutaan pada umumnya. Sentuhan modern dan futuristik jelas nampak pada mobil bebas polusi tersebut.
Sayang kompartemen jadi hal minus. Tak ada laci penyimpanan tertutup melainkan diganti dengan model terbuka di area dashboard dan kantung berbentuk jaring di bawahnya. Sementara konsol penyimpanan barang di doortrim terbilang sempit, namun memanjang sehingga bisa digunakan untuk menaruh beberapa printilan barang.
Juga tak ada komponen armrest di sektor tengah. Driver dan penumpang depan hanya bisa menyangga area tangan di armrest bagian pintu. Adapun untuk kursi menggunakan bahan kulit yang sudah mendukung pengaturan reclining serta maju mundur.
Yang menarik adalah cara menyalakan mobil. Tak ada komponen start/stop button. Anda tinggal menginjak rem dan seluruh fungsi dari mobil ini sudah aktif. Lebih lanjut, pengaturan transmisi model knop putar di konsol tengah yang secara penggunaan memang lebih praktis.
Khusus varian Long Range sudah dilengkapi fitur Internet of Vehicle (IoV) dan Wuling Indonesian Command (WIND). Sebelumnya juga sudah ada di mobil-mobil Wuling terdahulu, seperti Wuling Almaz. Kemudian hadir fitur Electric Parking Brake, Electronic Stability Control, Hill Hold Control, rem ABS, EBS, TMPS, Auto Power window, hingga ISOFIX.
Wuling Air Ev turut dibekali Multifunction Steering Wheel untuk mempermudah pengaturan fungsi mobil dan peranti hiburan. Ada juga USB Charging Port untuk isi daya gawai, serta kunci model keyless entry yang memudahkan untuk masuk ke dalam kabin mobil.
Duduk sebagai penumpang belakang juga tak terintimidasi. Meskipun tak senyaman bila menjadi penumpang di depan. Untuk tinggi 175 cm, area paha masih sedikit menggantung. Namun headroom dari mobil ini cukup tinggi sehingga menawarkan kesan sedikit lapang.
Cara masuk sebagai penumpang belakang perlu effort memang, Anda harus menarik kursi depan lebih dulu. Komposisi ini juga yang membuat komponen seatbelt depan jadi sulit dijangkau, sebab posisinya diletakan agak jauh dari tempat duduk pengendara dan penumpang.
Oh ya, pengaturan AC dari Wuling Air ev mengkombinasikan model analog putar dan opsi sentuhan dari head unit di tengah. Sayang absen fungsi otomatis, namun Anda bisa menentukan suhu, arah semburan, dan kekuatan angin yang diperlukan.
Dan jangan berharap banyak dari kualitas sistem audio bawaan. Menurut kami sangat biasa. Tapi, paling tidak untuk menenami perjalanan atau memutar musik favorit bisa diandalkan.
Secara umum mengendarai Wuling Air ev sebagai mobil kendaraan terbilang menyenangkan. Karakter tenaganya relatif tidak besar. Sehingga sangat mudah dikendarai orang yang baru mencoba EV.
Tarikan akselerasi terbilang linear. Tak agresif namun bila butuh tenaga tambahan untuk menyalip atau melibas tanjakan cukup injak pedal akselerator dalam lantas dia akan sigap. Beda cerita ketika dipakai di jalan tol, terasa sedikit kewalahan meskipun indikator kecepatan berada 70 atau 80 km/per jam. Terkadang jadi kagok mengendarai Air ev di lajur kanan jalan tol. Selama penggunaan mobil ini saya lebih banyak berkendara di lajur tengah.
Mengacu laman resmi Wuling, Air ev Long Range dibekali dengan baterai berkapasitas 26,7 kWh dan motor listrik berdaya 30 kW. Racikan ini membuatnya mampu mengeluarkan tenaga maksimal 40,2 HP dan torsi maksimun kita-kira 110 Nm.
Bagi saya, selama mengendarai Wuling Air ev. Dengan performa, rancang bangun, hingga dimensinya mobil ini lebih cocok untuk penggunaan harian dalam kota. Rasanya akan kurang nyaman bila dipaksa berkendara jauh. Body roll sangat besar. Sebagai contoh ketika bermanuver di kelokan jalan tol Tangerang-Jakarta. Bantingannya agak kaku, melewati sambungan jalan dengan kecepatan 60 km per/jam saja rasanya seperti melayang.
Namun untuk kemampuannya di dalam kota. Menyusuri jalan sempit, selap-selip di kemacetan, Wuling Air ev sangat cocok. Bahkan saya sengaja melakukan putar balik di salah satu gang Jakarta Selatan, tak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya.
Untuk mendukung kenyamanan serta keasyikan berkendara, Air ev turut dibekali dengan 3 mode berkendara: Eco, Normal, dan Sport. Eco tentu saja untuk mengemudi secara hemat baterai, namun besaran tenaga akan dipangkas. Sementara opsi Normal hentakannya akan lebih berasa dan tarikan menjadi enteng.
Dan terakhir Sport, mode ini jauh lebih menyenangkan namun konsumsi baterai akan jadi lebih boros. Oh iya, Air ev juga dibekali regenerative braking, sehingga laju mobil akan terasa tertahan ketika pedal akselerator di angkat. Di lain hal berfungsi juga untuk mengubah energi kinetik menjadi listrik.
Selama penggunaan beberapa hari, saya lebih memilih untuk menggunakan drive Eco kombinasi Normal. Tapi porsi paling banyak jatuh kepada opsi Eco. Entah kenapa, secara naluriah saya ingin lebih menghemat daya ketika menggunakan Air ev.
Salah satu alasannya karena durasi pengisian baterai yang lama. Sebab mobil ini belum dibekali dengan pengisian metode fast charging atau DC arus. Mau tak mau harus rela menunggu lama ketika melakukan pengisian daya.
Konsumsi baterainya tergolong irit. Untuk penggunaan 10 persen daya bisa berjalan sampai 44 kilometer. Seluruh fungsi seperti AC, musik, dan panel meter tetap beroperasi seperti biasa, namun dengan catatan berkendara secara ekonomis dan menjaga putaran power di panel meter.
Meskipun tak memiliki fitur pengisian daya cepat, Air ev dirancang agar menjadi mobil listrik yang mudah dalam mengecas baterainya. Tak terlalu bergantung pada Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), mobil ini bisa diisi di mana saja menggunakan arus listrik normal AC dengan daya minimal 2.200 watt (220 V) khusus mengisi daya mobil saja.
Pihak Wuling Indonesia pernah menjelaskan bila baterai Air ev hanya bisa menerima maksimal daya listrik sebesar 2.2 kW untuk tipe Standar, dan 6,6 kW untuk varian Long Range.
Hasilnya Air ev Standard Range dengan kapasitas baterai 17,3 kWh lama pengisian dari 0 sampai 100 persen butuh waktu 8,5 jam. Jarak tempuhnya bisa menjelajah hingga 200 km. Sementara varian Long Range yang OTO.com coba dengan baterai 26,7 kWh lama pengisian baterainya adalah 4 jam dengan asupan 6,6 kW (metode arus AC). Pabrikan mengklaim tipe termahal ini bisa berjalan sampai 300 km.
Untuk Anda yang tak suka menunggu dalam durasi lama, memiliki Air ev bisa jadi hal menjengkelkan. Tapi bila tak masalah, kepraktisan mengisi di mana saja adalah nilai jual yang ditawarkan Air ev dibanding mobil listrik lain.
Pemilik juga bisa melakukan pengisian baterai di SPKLU namun pastikan membawa adapter atau port eksternal charging tipe GB/T yang sudah tersedia dalam paket pembelian.
Jujur selama mencobanya, terkhusus lama pengisian baterai, ini jadi hal yang kurang nyaman bagi saya. Umumnya dengan metode fast charging DC dengan kapasitas baterai yang lebih besar di mobil EV lain bisa dituntaskan dalam waktu 1 atau paling lama 2 jam.
Kemudian hal yang seharusnya bisa ditingkatkan soal pengisian daya adalah menyertakan arus listrik yang diterima oleh baterai. Lalu yang tak kalah penting ialah menyertakan perkiraan durasi pengisian baterai di panel meter. Kedua fungsi sederhana itu sayangnya tak ada di Wuling Air ev.
Lantas berapa biaya pengisian listriknya? Berdasarkan tripmeter, saya sudah mengendarai mobil ini sejauh 235 km. Cara pengisiannya campur, menggunakan SPKLU, daya listrik rumah, dan juga daya listrik di tempat umum seperti kafe di bilangan Jakarta Selatan.
Biar lebih mudah, saya kalkulasi jarak tempuh (235 km) dengan biaya pengisian di SPKLU dan rumah. Oke, di fasilitas SPKLU untuk 1 kWh dikenakan biaya Rp2.466,78 (dibulatkan Rp2.467). Maka dengan kapasitas baterai 26,7 kWh untuk varian Long Range, pengisian dari posisi 0 hingga 100 persen butuh Rp65.868, pemilik bisa berkendara sampai 300 km.
Sementara pengisian di rumah dengan daya listrik 3.500-5.500 watt. Per Oktober hingga Desember 2022 dibanderol Rp1.699,53 per kWh, maka pengisian baterai dari 0 sampai 100 persen Wuling Air ev cukup mengeluarkan Rp44.756 saja. Sekadar informasi, pengisian di SPKLU memang lebih mahal karena konsumen dibebankan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) dan biaya administrasi dari pihak ke-3 pengisian saldo Charge.in PLN.
Layakkah Wuling Air ev untuk dibeli? Jawabannya tergantung. Bila Anda membutuhkan mobil untuk keperluan komuter dalam kota produk ini jadi pilihan yang tepat. Dengan harga mulai Rp238 sampai Rp295 juta atau Rp311 juta OTR Jakarta untuk varian tinggi plus paket charging pile, Air ev punya kemampuan untuk menemani mobilitas tinggi Anda.
Namun bila tujuannya untuk dijadikan sebagai kendaraan jarak jauh, menurut saya kurang tepat. Dia tak dibekali dengan pengisian daya cepat, tak ada komponen ban cadangan, performa yang biasa-biasa saja, dan kestabilan yang mengkhawatirkan untuk disiksa beratus-ratus kilometer sekali perjalanan.
Poin plus bila digunakan di Ibu Kota adalah kebal ganjil genap. Anda tak perlu boros membeli 2 mobil bermesin konvensional dengan pelat berbeda. Well, Air ev seolah berhasil menjawab keraguan saya soal mobil listrik murah yang sulit dikendarai atau kualitasnya yang buruk. Bisa dijamin, buat Anda yang baru pertama kali mengendarainya tak perlu adaptasi lama dengan karakter output atau rangkaian fitur-fiturnya. (Kit/Odi)
Baca Juga: First Ride Yamaha E01, Ini Baru Motor Listrik yang Proper!
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.